Perkembangan SEO atau search engines optimization memang harus selalu diikuti bagi para praktisi maupun pemilik bisnis yang memang tertarik dan ingin optimal kampanye produknya dari sisi SEO.
Menariknya, saat ini sudah banyak yang peduli dengan SEO atau istilah biasanya sering disebut trafik organic search. Para praktisi pun mulai menjamur bermunculan serta para pekerja secara profesional dibidang ini semakin banyak termasuk juga jasa seo.
Disatu sisi ini tentu nilai plus namun disisi lain kadang ada beberapa praktisi yang bisa “sedikit menyesatkan” Mungkin istilah menyesatkan terlalu berlebihan, lebih tepatnya adalah salah kaprah.
Nah mengenai kesalahfahaman atau salah kaprah ini nantinya akan kita bahas satu-persatu. Salah kaprah ini bermakna, mereka terlalu sering mengeneralisir dan mudah mengambil kesimpulan berdasarkan situs-situs atau tokoh SEO terkemuka didunia tanpa melakukan trial-error atau A/B testing, case study mereka sendiri.
Dalam dunia SEO atau pengoptimalan mesin telusur/pencari secara organik (bukan iklan), nyaris tidak ada yang pasti bahkan para karyawan mesin pencari itu sendiri tidak mengetahui pasti namun hanya yang umum saja.
Secara umum memang tidak diragukan lagi keabsahan akan panduan yang dibuat oleh pemilik mesin pencari dalam hal ini Google, namun tentu setiap kasus website tidak bisa disama ratakan dengan website lain.
Beberapa salah kaprah tersebut diantaranya:
Backlink tidak berarti lagi
Tidak dipungkiri memang SEO sekarang sangat berbeda dengan SEO dulu, tapi terlalu cepat memutuskan kalau backlinks tidak ada artinya lagi tentu ini sangat besar salah kaprahnya, terlalu cepat mengambil kesimpulan.
Backlink masih berarti dan mempunyai nilai value dalam hal perankingan, tapi balik lagi ke trial error backlink yang seperti apa? anchor teks atau konten seperti apa?.
Memang banyak website atau penulis kompeten yang share tentang cara dan tips SEO, berdasarkan case study dan trial error.
Tapi percayalah ada hal sangat teknis, kunci dari trial error mereka yang pasti tetap dirahasiakan. Dan ini butuh Anda sendiri yang melakukannya, testing dan ambil kesimpulan berdasarkan “cara Anda”
Private Blog Network (PBN)
Sebagian besar dengan tegas dan yakin menyatakan bahwa private blog network atau lebih dikenal PBN sangat berbahaya dan beresiko serta masuk dalam kategori blackhat.
Uniknya lagi, para praktisi-praktisi baru ini (sebagian jadi pembicara SEO malah) langsung ambil kesimpulan tanpa melakukan testing sendiri.
Bahkan ada juga yang anggap PBN ini adalah PBN berbayar yang dishare beramai-ramai, padahal PBN yaa PBN, kalau yang berbayar dan digunakan banyak orang itu sudah bukan PBN lagi tentunya.
PBN berfungsi untuk mensupport website utama, jika serampangan memang PBN sangat berbahaya. Kunci dari PBN ini adalah bagaimana Anda memberlakukannya dengan benar, update secara berkala, konten yang bermanfaat dan dioptimalkan layaknya web utama
Click Through Rate (CTR) Organik adalah faktor Ranking
Hampir setiap praktisi SEO di Indonesia biasanya memiliki tokoh panutan atau author SEO yang dijadikan referensi. Begitu tokoh SEO atau author tersebut merilis artikel tentang sesuatu misalnya seperti CTR organik ini, maka akan langsung share dan vonis dijatuhkan bahkan jadi bahan share saat seminar, lagi-lagi tanpa melakukan riset.
CTR jauh dari faktor penentu peringkat Google, ilmu mesin pencari terdiri dari ilmu algoritma yang didalamnya terdapat sub-sub algoritma (major, minor) serta disisipi oleh logika. Selain belajar teknis & mencontoh para tokoh, dibutuhkan juga logika Anda bermain disini.
Logika dari CTR sangat tidak masuk akal jika mau dijadikan faktor penentu peringkat Goolge, tentu saja yang akan bertengger di halaman pertama Google itu-itu saja (berdasarkan CTR) dan tidak diberi ruang untuk website/landing page yang berada di halaman berikutnya apalagi halaman 3 keatas.
Pogo-Sticking sebagai penentu peringkat
Hampir mirip dengan kasus CTR organik diatas, pogo-stiking adalah user experience bolak balik dari halaman hasil pencari ke situs tujuan. Ketika user pencari mengklik tautan dari hasil SERP dan ternyata website itu bukan yang dicari sesuai kata kunci pencariannya lalu menekan tombol back/kembali di browser sehingga terjadi nilai buruk (tinggi) bouce rate/rasio pentalan.
Hal ini juga sudah dibantah oleh pihak Google sendiri, tapi sebelum ada rilis penjelasan tentang hal itu, semua beramai-ramai memastikan bahwa pogo-sticking adalah faktor penentu peringkat.
Kembali lagi bahwa, SEO butuh research dan trial error, para praktisi SEO kawakan yang masih aktif selalu melakukan ini.
Bahkan beberapa dari mereka melakukan trial error, A/B testing dan membuat landing page/website/domain tertentu untuk dikorbankan (dijadikan tumbal uji coba). Sehingga menghasilkan kesimpulan yang valid untuk kasus website tertentu pula.
Nofollow Tag sama dengan No Value/Tidak Bernilai
Pada dahulu kala, rel nofollow tag memang kurang memiliki nilai dalam hal faktor peringkat Google. meskipun begitu, sejak dulu rel-nofollow tag masih memiliki nilai tersendiri secara keseluruhan dalam search engine optimization (SEO).
Nofollow bisa menjadi sebagai filter agar tidak terlalu mudah terdeteksi sebagai spam link building.
Sekarang ini justru nilai dari nofollow makin bertambah karena rata-rata website nofollow sangat mudah diindeks oleh mesin pencari dan juga sebagai filter spamming serta trafik referral dimana saat ini “CTR backlinks” memberikan sinyal baik bagi sebuah backlink.
Kesimpulan
Search Engine Optimization (SEO) adalah algoritma yang kompleks, bahkan sang enginer mesin pencaripun kesulitan untuk memastikan peringkat sebuah situs jika algoritmanya sudah di bundle jadi kesatuan.
Jika situs A dan B melakukan hal yang sama maka akan diambil faktor lainnya, begitu seterusnya.
Seorang praktisi SEO jangan mudah terprovokasi dengan isu baru yang disebar praktisi lainnya, bisa saja itu benar dalam case study tertentu tapi belum tentu dengan tipe website lainnya.
Trial-Error, A/B testing perlu dilakukan agar bisa ambil kesimpulan, itupun baru kesimpulan berdasarkan riset Anda belum tentu juga bagi orang lain.
SEO adalah seni, ketidakpastian ilmu SEO inilah yang menjadikan daya tarik bagi penggiat seo sehingga bisa menjadi seni tersendiri menaikkan peringkat di mesin pencari berdasarkan gaya masing-masing.
Meskipun SEO adalah tidak pasti tapi ada faktor-faktor secara umum dan teknis yang memang sudah pasti juga tapi tetap harus dilakukan uji coba, bohong besar jika praktisi SEO tidak suka, tidak mau atau bahkan tidak pernah melakukan ujicoba, A/B testing dan optimasi beberapa kata kunci saja.
Tidak semua apa yang direkomendasikan oleh pakar SEO dunia bisa dilakukan di Indonesia. Mungkin Anda pernah dengar masukan dan tips dari Bryan Dean pakar SEO sana yang menjadikan tips email website yang memiliki link mati “dead link” lalu minta memasang link baru dari Anda.
Memang secara teoritis sangat bagus tapi kenyataannya jika Anda menerapkannya disini, habis waktu Anda sia-sia melakukannya karena orang tidak akan peduli.
Begitu juga dengan paid link yang rata-rata sangat anti bahkan selalu jadi bahan share dimana-mana tapi kenyataannya justru mereka sering juga melakukannya, entah itu kerja sebagai profesional ataupun freelance. Blogger placement tentu masuk kategori paid link.
Jika hanya mengandalkan link bait (orang melakukan linkback secara sukarela) sangat-sangat kecil disini, bahkan yang jelas-jelas copy paste saja masih malas dan tidak mau memasang tautan balik, meskipun berbaik hati minimal biasanya memasang alamat url tanpa klikable.